My Collection - The Crazy Frog

Friday, June 26, 2009

Al Mahadi

Tulisan terkirim dikaitan (tagged) ‘mahdi’

IMAM MAHDI

Ditulis oleh atsigamarp di/pada Januari 27, 2009

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Sebenar-benar perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam…”(HR.Muslim)

Bagi seorang mukmin keyakinan akan datangnya hari kehancuran alam semesta merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar, ia merupakan janji Allah yang Maha Benar. Al Qur an dan Sunnah, yang shahih telah menjelaskan sedemikian detailnya tentang peristiwa peristiwa akhir zaman yang akan dilalui manusia.

Sungguh telah kufur pemikiran yang menafikan/menolak Imam Mahdi, Dajjal, Turunnya Isa, Ya’juj dan Ma’juj dan Asyratus Sa’ah lainnya. Para salaful ummah (sahabat, tabiin, tabiut tabiin,ulama2 terdahulu) tidak ada yang menakwilkan hadits hadits shahih tersebut dengan ta’wil bathil. Ia merupakan peristiwa yang paling dahsyat dan luar biasa penuh dengan fitnah besar, peperangan massal, penghancuran dan pembinasaan. Hingga manusia yang mengalaminya akan lebih memilih kematian daripada hidup di tengah fitnah. Kalaulah bukan janji pasti dari Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam dengan datangnya Imam Mahdi yang dinantikan yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, kedamaian dan kemenangan niscaya perut bumi ini lebih baik dari punggungnya.

Tanda-tanda hari kiamat itu bagaikan marjan-marjan yang disusun (dirangkai) dengan kawat (kabel). Bila kabel itu putus, maka sebagian mengikuti sebagiannya.(Musnad Almad 12: 6-7).

“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat, (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba. Karena sesungguhnya telah datang syarat-syaratnya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka
itu apabila hari kiamat sudah datang?”
(QS. Muhammad : 18)

Sebelum terjadinya Asyratus Sa’ah Al Kubra (Tanda-tanda Kiamat Besar), Rasulullah saw. menceritakan beberapa tanda-tanda kecil lainnya yang telah terjadi, di antaranya:
Diutusnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam

  • Penaklukan Baitul Maqdis,
  • Menyebarnya riba dan harta haram

“Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)

  • Terjadinya berbagai macam fitnah,
  • Menyebarnya perjudian, arak, zina, perampokan dan ma’azif/musik dari nasrani dianggap halal,
  • Banyaknya kemusyrikan di kalangan umat Islam,
  • Budak wanita melahirkan tuannya,
  • Orang tua banyak yang bersikap seperti anak muda,
  • Tersebarnya penyakit kikir dan bakhil
  • Banyak perdagangan dan pasar makin berdekatan,
  • Mengucapkan salam hanya kepada orang yang dikenalnya,
  • Lenyapnya orang-orang shalih,
  • Banyaknya kebohongan dan sumpah palsu,
  • Banyaknya kematian mendadak,
  • Wanita-wanita berpakaian tetapi telanjang,
  • Banyak hujan tapi tumbuh-tumbuhan hanya sedikit,
  • Banyak huru-hara dan pembunuhan,
  • Disia-siakannya amanat,
  • Munculnya orang-orang yang mengaku sebagai nabi, bahkan jumlahnya mencapai 30 orang,
  • Banyaknya kaum wanita dan sedikitnya kaum pria, hingga perbandingan mencapai 50 banding 1,
  • Banyaknya perbuatan keji, pemutusan silaturrahmi dan buruknya hubungan antara tetangga,
  • Dihilangkannya ilmu dan kebodohan merajalela,
  • Orang-orang gunung berlomba-lomba dalam membangun gedung,
  • Sering terjadinya gempa bumi, perubahan muka, dan kerusuhan,
  • Orang yang hina diberi kedudukan yang terhormat, dan sebagainya.
  • Banyak terjadi pembunuhan

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)

Menurut hadits shahih, masa akhir zaman ini terbagi menjadi lima. Pertama, masa kenabian, saat Rasulullah SAW masih hidup(maka itu islam disebut umat akhir zaman). Kedua, masa Khulafaur Rasyidin, mulai Abubakar, Umar, Usman, dan Ali.
Ketiga
, masa raja-raja menggigit (maalikan ‘adhan), yaitu masa setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sampai runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah (1924). Keempat, masa maalikan jabariyan (penguasa diktator atau penguasa yang zalim). Dan kelima, masa kembalinya sistem khilafah.

Kita sekarang, umat Islam saat ini, tengah berada di dalam masa maalikan jabariyan atau penguasa yang zalim atau diktator. Umat Islam walau berjumlah
banyak tetapi tidak memiliki kekuatan riil. Banyak tetapi seperti buih di lautan yang bisa dengan mudah diombang-ambingkan oleh musuh-musuh Allah.

Namun nanti umat islam akan bersatu dibawah IMAM MAHDI yang dinanti dan ditunggu

IMAM MAHDI

Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka’bah), maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi. (HR. Muslim)

Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan bagian depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seseorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka. (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah)

Akan dibaiat seorang laki-laki antara maqam Ibrahim dengan sudut Ka’bah. (HR. Ahmad, Abu Dawud)

Mungkin salah satu misteri dalam pelaksanaan ibadah haji yang tidak banyak disadari oleh umat Islam adalah peristiwa kemunculan Imam Mahdi dan proses pembaiatan terhadapnya di Makkah. Peristiwa akhir zaman ini terjadi selama berlangsungnya bulan haji, saat jutaan orang Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Baitullah.

Di saat umat Islam sedunia bertemu di Makkah, di saat umat Islam sedunia menanggalkan chauvinisme dan keashobiyahan/fanatisme golongannya, di saat seperti itulah Imam Mahdi akan muncul dan dibaiat di depan Baitullah.

Pembai’atan ini tentu tidak disukai penguasa Semenanjung Arab yang langsung mengirim pasukannya untuk menangkap para pemuda itu. Namun Allah SWT akan membenamkan ke dalam bumi pasukan tersebut di tempat bernama Al Baida dan hanya menyisakan dua orang yang nantinya akan menceritakan kepada warga dunia
bahwa teman-teman mereka telah tenggelam ke dalam bumi.
Begitu kabar ini tersiar, semua orang akan gempar. Namun bagi kaum Muslimin yang paham tentang hadits-hadits shahih tentang munculnya Imam Mahdi, mereka akan sadar bahwa Imam Mahdi telah muncul
. Dengan sesegera mungkin mereka akan berangkat memenuhi Baitullah untuk membai’atnya.

Lake Tiberias/Thabariyyah (Sea of Galilee) will dry up by YA’JUJ and MA’JUJ, as predicted by the Anti-Christ/DAJJAL on the island, signifying future major global famine. See the Megiddo location on map.


Empat Peperangan Besar

Ketika Imam Mahdi sudah dibai’at maka dia akan memimpin pasukan Islam dalam empat perang besar yang tidak lama waktunya. Pertama, perang melawan penguasa semenanjung Arab. Kedua, perang melawan penguasa zhalim Persia/Iran. Ketiga, perang melawan Rum atau Barat. Dan terakhir perang melawan Dajjal dan 70 ribu tentara Yahudi. Perang melawan Dajjal akan berlangsung di dekat Masjidil Aqsha atau Baitul Maqdis, bisa jadi di sekitar bukit/hills/Har Megiddo/Armagido di tenggara kota Haifa, tepatnya di Jezreel Valley dimana dari dulu Perang2 besar terjadi di sini, dan sebab itu peperangan akhir zaman tersebut juga akrab disebut sebagai Perang Armageddon(note : hadits nabi hanya menunjukkan tempatnya secara umum di Palestina/Israel). Semuanya dimenangkan pasukan Islam dengan gemilang.

Dan tidaklah mustahil hal ini juga terdapat di injil karena berita2 tentang kiamat ini juga terdapat pada kitab Taurat dan Injil di turunkan kepada Ahlul Kitab (Yahudi n Nasrani). Klo di dalam bible/injil isinya gini : In Revelations 16 there is a description of the end of the world, and the last battle being fought at Armageddon between the forces of good (Imam Mahdi, Nabi Isa/Jesus dan Muslimin) and the forces of evil(Dajjal/Anti-Christ, Yahudi & Khawarij). The text: (16:16)

Ketika Imam Mahdi sedang berkonsolidasi di Damaskus (Suriah), waktu shalat Shubuh tiba. Iqamat dikumandangkan, lalu Imam Mahdi hendak maju menjadi imam. Muncul tanda besar kedua akan terjadinya hari kiamat, yaitu Isa ‘Alaihissallam turun di Menara Putih, masjid sebelah timur Damaskus.


Tell Megiddo from the south hills

Yet another scene of the south hills above Megiddo, seen behind the hill, from a greater distance.


hills of Megiddo, towards South and Um-El-Fakhem


Another scene of the hills of Megiddo, towards South-West.

Hadits-Hadits tentang Al MAHDI

Menukil pernyataan Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-‘Abbad dalam risalah beliau Ar-Raddu ‘ala Man Kadzaba bil Ahadits Ash-Shahihah Al-Waridah fil Mahdi wa ‘Aqidatu Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdi, disebutkan bahwa jumlah sahabat yang telah meriwayatkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi sebanyak 26 orang sahabat.
Beliau pun menyebutkan nama-nama sahabat tersebut. Lantas diikuti dengan nama-nama para imam yang meriwayatkan hadits-hadits dan atsar al-waridah tentang Al-Mahdi yang terdapat dalam kitab-kitab mereka sejumlah 36 imam. Kemudian disertakan juga nama-nama yang menulis kitab tentang masalah Al-Mahdi.

Hadits dibawah ini menerangkan siapakah sebetulnya Imam Mahdi ituDari Abdullah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ – قَالَ زَائِدَةُ فِى حَدِيْثِهِ – لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ اليَوْمَ ثُمَّ اتَّفَقُوا حَتىَّ يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّي – أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِى. زَادَ فِي حَدِيْثِ فِطْرٍ: يَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا. وَقَالَ فِى حَدِيْثِ سُفْيَانَ: لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي. قاَلَ أَبُوْ دَاوُدَ: لَفْظُ عُمَرَ وَأَبِى بَكْرٍ بِمَعْنىَ سُفْيَانَ وَلَمْ يَقُلْ أَبُوْ بَكْرٍ: الْعَرَبَ

“Kalau saja tidak tersisa dari dunia ini kecuali sehari saja, (Za`idah berkata dalam haditsnya) sungguh Allah akan memanjangkan hari tersebut sampai Allah mengutus kepadanya seorang laki-laki dari keturunanku atau dari keluargaku. Namanya sesuai dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku (Muhammmad Ibnu Abdillah).”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu no. 4282, lihat Sunan Abu Dawud ta’liq Asy-Syaikh Albani rahimahullahu (cet. Maktabah Al-Ma’arif), dan Al-Imam At–Tirmidzi rahimahullahu no. 2156, lihat Mausu’atul Haditsisy Syarif Al-Kutubut Tis’ah (CD Program).

Jalur Periwayatan hadits/Sanad/isnad hadits

Pada Sunan Abu Dawud, beliau rahimahullahu meriwayatkan hadits ini dari jalan ‘Umar bin ‘Ubaid bin Abi Umayyah Ath-Thanafisi Abu Hafsh Al-Kufi, Abu Bakr bin ‘Ayyasy bin Salim Al-Asadi Al-Kufi, Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri Abu Abdillah Al-Kufi, Za`idah bin Qudamah Ats-Tsaqafi Abu Ash-Shalt Al-Kufi, dan Fithr bin Khalifah Al-Makhzumi Abu Bakr Al-Hanath Al-Kufi.

Semuanya meriwayatkan dari ‘Ashim bin Abi An-Najud (Bahdalah) Al-Asadi Abu Bakr Al-Muqri` Al-Kufi, dari Zirr bin Hubais Al-Asadi Abu Maryam Al-Kufi, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kedudukan sanad hasan shahih. (Lihat Sunan Abi Dawud tashih Asy-Syaikh Albani rahimahullahu cet. Maktabah Al-Maarif)

At-Tirmidzi rahimahullahu meriwayatkan dari Zir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي

“Dunia tidak akan lenyap hingga seorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku.” (HR. At-Tirmidzi no. 2230, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi, 4/438 dan beliau mengatakan: “Hasan shahih.” Demikian pula yang dikatakan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

Hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ

Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keturunan dari Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284, At-Tirmidzi, Ibnu Majah no. 4086)

- Muncul perselisihan, apakah Al-Mahdi itu anak keturunan dari Al-Hasan ataukah anak keturunan dari Al-Husain?
Menurut Ibnu Katsir rahimahullahu
dalam An-Nihayah fil Fitan wal Malahim (hal. 45), disebutkan nama Al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi Al-Fathimi Al-Hasani.

Al-Qari` dalam bukunya Al-Mirqah (seperti yang tersebut dalam ‘Aunul Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud) berkata: “Yang mungkin dalam hal ini adalah menggabungkan antara dua nisbah, Hasan dan Husain. Yaitu, dari sisi ayah ia anak keturunan Hasan, dari sisi ibu ia anak keturunan Husain. Hal ini sebagai bentuk pengkiasan terhadap perkara yang terjadi pada kedua anak Ibrahim ‘alaihissalam yaitu Isma’il ‘alaihissalam dan Ishaq ‘alaihissalam, di mana para nabi dari Bani Israil semuanya dari anak keturunan Ishaq ‘alaihissalam.

Adapun Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari anak keturunan Nabi Isma’il ‘alaihissalam (Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muthalib (namanya Syaibah) ibn Hasyim (namanya ’Amr) ibn Abdu Manaf (namanya Mughirah) ibn Qushay (nama aslinya Zaid) ibn Kilab ibn Murrah ibn Lu’aiy ibn Ghalib ibn Fihir ibn Malik ibn Nadhar ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn Adnan ibn Adad ibn Humaisa’ ibn Alnabt ibn Ismail ibn Ibrahim Khalilullah).
Kemudian beliau (Shallallahu ‘alaihi wa sallam) menduduki suatu tempat yang mewakili segenap para nabi yang berasal dari keturunan Ishaq. Dan inilah sebaik-baik (kedudukan) sebagai pengganti. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjadi penutup para nabi.

Demikian pula, tatkala nampak atau muncul banyaknya para pemimpin dan para pembesar umat dari anak-anak keturunan Husain, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan kepada Hasan dengan dianugerahkan baginya seorang anak yang menjadi penutup para wali, dan menduduki tempat yang mewakili segenap orang-orang pilihan yang berasal dari keturunan Husain.

Dan yang lebih memperjelas dari perkara ini adalah hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dari jalan Abu Ishaq, ia berkata: ‘Ali bin Abi Thalib berkata –sambil melihat kepada putranya Al-Hasan–: “Sesungguhnya anakku ini sayyid (pemuka), sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menamainya. Dan akan lahir dari keturunannya seorang laki-laki yang akan dinamai seperti nama nabi kalian. Ia menyerupai nabi kalian dalam hal fisik, namun berbeda dalam hal sifat.’
Kemudian beliau mengisahkan bahwa ia akan memenuhi dunia dengan keadilan”.
(Sunan Abu Dawud no. 4290 (cet. Maktabah Al-Maarif) dan Al-Misykah no. 5458.
Lihat ‘Aunul Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud, CD Program dalam Mausu’atul Haditsisy Syarif Al-Kutubut Tis’ah)

Walaupun hadits ini lemah, namun terdapat hadits-hadits shahih yang menunjukkan keutamaan Al-Hasan di atas keutamaan Al-Husain. Di antaranya:

ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Anakku ini adalah sayyid (pemuka) dan semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin.” (HR. Al-Bukhari no. 3746 dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

الْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى اْلأَنْفِ، يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ

“Al-Mahdi dariku, dahinya lebar, hidungnya mancung, memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan kedzaliman, berkuasa selama 7 tahun.”
(Hasan, HR. Abu Dawud no. 4285 dan ini lafadznya, Ibnu Majah no. 4083, At-Tirmidzi, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a Fil Mahdi no. 2232, Ibnu Hibban no. 6823, 6826 dan Al-Hakim no. 8733, 8734, 8737)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟

“Bagaimana dengan kalian jika turun kepada kalian putra Maryam, sementara imam kalian dari kalian?”
(Shahih, HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab Nuzul ‘Isa ibni Maryam, no. 3449; Muslim dalam Kitabul Iman Bab Fi Nuzul Ibni Maryam, 2/369, 390)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ

“Masih tetap sekelompok dari umatku berperang di atas kebenaran. Mereka unggul sampai hari kiamat, lalu turun ‘Isa putra Maryam. Maka pemimpin mereka mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Ia menjawab: ‘Tidak, sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim dalam Kitabul Iman Bab La Tazal Tha`ifah min Ummati, 2/370, no. 393)

Hadits-hadits yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukkan dua hal:

Pertama: Ketika turunnya ‘Isa bin Maryam dari langit, yang memegang kepemimpinan muslimin ketika itu adalah seorang dari mereka.

Kedua: Keberadaan pemimpin mereka untuk shalat, lalu ia mengimami muslimin, serta permintaannya kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam saat turunnya untuk mengimami mereka.
Ini semua menunjukkan keshalihan pemimpin tersebut dan bahwa ia berada di atas petunjuk.

Dan (dalam hadits) itu walaupun tidak ada penegasan dengan lafadz Al-Mahdi, tetapi menunjukkan sifat orang yang shalih yang mengimami muslimin di waktu itu. Hadits yang menunjukkan Al Mahdi adalah hadits yang diriwayatktan oleh Al-Harits ibnu Abi Usamah dalam Musnad-nya dengan sanadnya dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ الْمَهْدِيُّ: تَعَالَ، صَلِّ بِنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَهُمْ أَمِيْرُ بَعْضٍ، تَكْرِمَةُ اللهِ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ

“Isa putra Maryam turun, lalu pemimpin mereka Al-Mahdi mengatakan: Imamilah kami’. Ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.”

Hadits ini dikatakan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah rahimahullahu dalam kitabnya Al-Manarul Munif: “Sanadnya bagus.” (Abdul Muhsin Al-‘Abbad, ‘Aqidatu Ahlil Atsar. Lihat pula Ash-Shahihah, no. 2236)

Asal Munculnya

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa munculnya dari arah timur atau Al-Masyriq. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan:

“Munculnya Mahdi dari negeri-negeri timur bukan dari gua Samarra, seperti disangka oleh orang-orang bodoh dari kalangan Syi’ah.” (An-Nihayah Fil Malafim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:

بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ شَيْئًا نَكْرَهُهُ. فَقَالَ: إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللهُ لَنَا اْلآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي بَلاَءً وَتَشْرِيْدًا وَتَطْرِيْدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُوْدٌ فَيَسْأَلُوْنَ الْخَيْرَ فَلاَ يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُوْنَ فَيُنْصَرُوْنَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا فَلاَ يَقْبَلُوْنَهُ حَتَّى يَدْفَعُوْهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوْهَا جَوْرًا، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ

“Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera
berwarna hitam(1). Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta,
tetapi mereka tidak menerimanya. Hingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya dengan kezhaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es’.”
(HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)

As-Sindi mengatakan: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh karena itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadits ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi).”

Yang Terjadi Pada Masa Imam MAHDI

Menebar Keadilan

Di antara sifat Al-Mahdi adalah bahwa ia menebar keadilan dan melenyapkan kedzaliman serta keculasan. Sebagaimana tersebut dalam hadits: “Memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman.” (HR. Abu Dawud no. 4282, 4283, 4285)

Sehingga disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قَصَرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيْهِ أُمَّتِي نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ
يَوْمَئِذٍ كُدُوْسٌ فَيَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيَقُوْلُ: يَا مَهْدِيُّ أَعْطِنِي. فَيَقُولُ: خُذْ

Akan datang pada umatku Al-Mahdi bila masanya pendek maka tujuh tahun, kalau tidak maka 9 tahun. Maka umatku pada masa itu diberi kenikmatan dengan kenikmatan yang tidak pernah mereka rasakan yang semacam itu sama sekali. Mereka diberi rizki yang luas. Mereka tidak menyimpan sesuatu pun. Harta saat itu berlimpah sehingga seseorang bangkit dan mengatakan: ‘Wahai Mahdi, berilah aku.’ Diapun menjawab: ‘Ambillah’.” (Hasan, HR. Ibnu Majah no. 4083, Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi, 4/412, dan Al-Hakim no. 8739. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu menghasankannya)

Dalam riwayat Al-Hakim, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَخْرُجُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهَا، وَيُعْطِي الْمَالَ صِحَاحًا، وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعاً أَوْ
ثَمَانِيًا – يَعْنِيْ حِجَجًا -

“Muncul di akhir umatku Al-Mahdi. Allah menyiramkan hujan, sehingga bumi mengeluarkan tanamannya. Ia membagi harta secara merata. Binatang ternak semakin banyak, umat pun menjadi besar. Ia hidup selama 7 atau 8 –yakni tahun–.” (HR. Al-Hakim, Kitabul Fitan wal Malahim no. 8737. Beliau mengatakannya sebagai hadits yang shahih sanadnya, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Ibnu Khaldun. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “Sanadnya shahih.” Lihat Ash-Shahihah, 4/40, hadits no. 1529)

Proses Munculnya Al-Imam Al-Mahdi

Munculnya Al-Imam Al-Mahdi bukan bak sulap batil, yang seolah muncul
tanpa sebab dan tiba-tiba. Namun munculnya tentu mengikuti sunnatullah
pada alam ini, yakni melalui proses yang menuju ke arah sana.

Menjelaskan hal itu, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan:
“…Nabi memberikan kabar gembira tentang akan datangnya seseorang dari keluarganya dan beliau menyebutkannya dengan sifat-sifat yang menonjol. Di antara yang sifat terpenting adalah bahwa beliau berhukum dengan Islam dan menebarkan keadilan di antara manusia.

Jadi, pada hakikatnya beliau termasuk para mujaddid yang Allah Subhanahu wa Ta’ala munculkan di penghujung tiap 100 tahun, sebagaimana telah shahih berita (tentang hal ini) dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini (keberadaan mujaddid di tiap satu abad) juga bukan berarti tidak perlu berupaya mencari ilmu dan mengamalkannya untuk
memperbarui agama. Sehingga, akan keluarnya Al-Mahdi tidaklah berarti bermalas-malasan karenanya, serta tidak bersiap atau beramal untuk menegakkan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi.
Bahkan sebaliknya (beramal) itulah yang benar, karena Al-Mahdi tidak mungkin upayanya lebih dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selama 23 tahun berbuat untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan menegakkan negaranya.

Kalaupun belum keluar, maka mereka pun telah melakukan kewajiban mereka dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ

“Dan katakanlah: ‘Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalan kalian itu’.” (At-Taubah: 105) [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 4/42-43]

footnote :

1) Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Bendera itu bukanlah yang dibawa Abu Muslim dari Khurasan yang kemudian menghancurkan dinasti Bani Umayyah pada tahun 132 H. Namun bendera hitam lain, yang datang mengiringi Al-Mahdi.” (An-Nihayah, 1/17)

Bukan pula pasukan Thaliban yang di Afghanistan, sebagaimana yang disebut dalam poster berjudul Huru-Hara Akhir Zaman karya Amin Muhammad Jamaludin yang laris itu. Selebaran itu sendiri sarat dengan berbagai ramalan dan takwil (baca: penyelewengan makna) hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda- tanda hari kiamat. Hendaknya kaum muslimin tidak lekas terkesima dengan takwil semacam itu. Sebagaimana pula hal ini tidak berarti mengingkari hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peristiwa akhir zaman.

wallahu a’lam

sumber : majalah asysyariah

0 Comments:

Post a Comment

<< Home